Iklan

Ayo Gabung GRATIIISSSS

Dunia Islam dan Ebook Gratis

↑ Grab this Headline Animator

WEBOSTING GRATIS

Free Website Hosting

Join FriendFinder - Find Your Special Someone!
lowongan kerja di rumah

Jumat, 02 Oktober 2009

Delapan Kebohongan Seorang Ibu Dalam Hidupnya

Assalamualaikum Wr Wb




Bismillahirrohmaanirrohiim




Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan
akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi
kisah ini justru sebaliknya.





Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan
ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan,
ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang
paling indah di dunia.


Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai
seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk
makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan
porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu
berkata : "Makanlah nak, aku tidak lapar"






KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA


Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering
meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat
rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan
sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan.





Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan
mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk di
sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang
yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu
seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan
memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia
berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan"



KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA




Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan
kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api
untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang
untuk menutupi kebutuhan hidup.





Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku,
melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya
melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu,
tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum
dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek"







KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA


Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat
menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai
menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik
matahari selama beberapa jam.





Ketika bunyi lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai,
Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan
dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat
dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu
yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil
menyuruhnya minum. Ibu berkata : "Minumlah nak, aku tidak haus!"



KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT


Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus
merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia
yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan
keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa
penderitaan.





Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman
yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik
masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah
melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati
ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak
mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta"



KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA


Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari
sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi
ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan
sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku
yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk
membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau
menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu
berkata : "Saya punya duit"





KEBOHONGA N IBU YANG KEENAM


Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan
kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di
Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun
bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku
bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu
yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata
kepadaku "Aku tidak terbiasa"



KEBOHONGA N IBU YANG KETUJUH


Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker
lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di
seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk
ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya
setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku
dengan penuh kerinduan.





Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku
karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit
itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus
kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku
perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi
ibu dengan tegarnya berkata : "Jangan menangis anakku, aku tidak
kesakitan"





KEBOHONGA N IBU YANG KEDELAPAN


Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta
menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.


Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti
merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : " Terima kasih ibu ! "
Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon
ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita
untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita
yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk
meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah
dan ibu yang ada di rumah


Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli
dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita,
cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila
di samping kita.





Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu
kita? Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu
kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita
renungkan kembali lagi. Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk
membalas budi ortu kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada
kata "MENYESAL" di kemudian hari.




Dan Semoga dapat menjadikan nasehat dan bermanfaat untuk kita semua.

Kolom Tutorial


Masukkan Code ini K1-2B5648-E
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

Powered By Blogger